Selasa, 27 Desember 2011

Cara-cara Berpikir Dalam Ilmu Sosial


Tugas Mata Kuliah Pendidikan Ilmu Sosial
CARA-CARA BERPIKIR DALAM ILMU SOSIAL
(oleh Yulianus Alei)
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena sosial adalah tolak ukur  dari cara berpikir ilmu pengetahuan seosial. Realita yang terjadi pada masyrakat, selalu memberi wawasan dan gamaran yang relevan bagi pemikiran ilmu pengetahuan sosial. Seperti telah kita ketahui ilmu pengetahuan sosial di kelompokan menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

1.      Natural Scientes ( ilmu-ilmu alam ), meliputi : fisika, astronomi, biologi, kimia, matematika dan lain-lain
2.      Social Sciences ( ilmu-ilmu sosial ), terdiri dari : sosiologi, psikologi, ekonomi, politik, hukum, antropologi, sejarah, geografi dan lain-lain
3.      Humanities ( ilmu-ilmu budaya ), meliputi : bahasa, agama, kesusatraan, kesenian dan lain-lain
Dalam pembahasan kelompok, kami tidak akan menguraikan satu per satu dari cabang-cabang ilmu sosial tersebuat, karena pada pembahasan kelompok-kelompok sebelemnya telah diuraikan dengan rinci mengenai setiap cabang dari ilmu pengetahuan seosial tersebut. Kami lebih memfokuskan makalah ini pada satu cabang ilmu sosial, yaitu sosiologi. Sebagai suatu disiplin ilmiah, sosiologi adalah ilmu yang masih relatif  baru. Maka tidak mengherankan kalau tidak terlalu banyak orang yang mengenal ilmu yang disebut sosiologi itu secara tepat. Bahkan orang-orang yang belajar ilmu itu sendiri pun tidak selalu bisa dengan gampang mengatakan apakah sosiologi itu.
Oleh karena itu dalam pada pembahasan, kami mencoba mendasarkan konsep sosologi pada beberapa pengertian dari berberapa alhli. Dan dengan pengertian-pengertian yang diuraikan para ahli tersebut, diharapakan kita semakin mengenal sosiologi sebagai disiplin ilmu, secara utuh dan menyeluruh.




BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Sosologi
Sosiologi berasal dari dua kata dasar, yakni “ socius” dari bahasa latin, yang berarti teman atau sesama dan “logos” dari bahasa Yunani yang berarti ilmu. Secara harafiah, sosiologi berarti ilmu tentang hidup bersama atau ilmu tentang hidup bermasyrakat. Namaun sekali lagi pengertian ini belum memberi gambaran yang menyeluruh tentang sosiologi itu sendiri. Guna mendapat gambaran yang lebih lengkap tentang pengertian sosiologi, berikut ini dikemukakan defenisi-defenisi sosologi yang berasal dari beberapa sosolog terkemuka.
1.      Defenisi Sosilogi menurut Aguste Comte
Dalam sosiologi, Aguste Comte ( 1789 – 1857 ) dikenal sebagai pendukung positivisme. Dia berasal dari Perancis dan merupakan orang pertama yang mengunakan sebutan sosiologi untuk ilmu yang dewasa ini dikenal sebagai sosiologi.  Comte mengartikan Sosiologi sebagai ilmu positif tentang masyrakat. Dia  mengunakan istilah positif yang artinya sama dengan empiris.
2.      Defenisi Sosiologi menurut Emile Durkheim
Emile  Durkheim ( 1858 – 1917 ), adalah orang Perancis keturunan Yahudi. Dalam sosiologi, ia dikenal sebagai peletak dasar paradigma fakta sosial. Kalau Comte adalah orang pertema yang menggunakan istilah sosiologi, maka Durkheim adalah orang yang pertama yang meletakan dasar yang kuat kepada sosiologi sebagai studi ilmiah dengan mengembangkan penelitian dibidang sosiologi. Menurut Emile Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial.
Faka sosial adalah sesuatu yang berada di luar individu. Contoh-contoh dari fakta sosial ini adalah kebiasaan-kebiasaan, peraturan-peraturan, norma-norma, hukum-hukum, dan adat istiadat yang membentuk seorang individu. Tetapi fakta sosial yang paling besar menurut Durkheim adalah masyrakat.

3.      Defenisi Sosiologi menurut Max Weber
Max Weber ( 1864 – 1920 ), adalah sosiolog berkebangsaan Jerman. Di dalam sosiologi Max Weber dikenal sebagai pengukung paradigma defenisi sosial. Menurut Weber, Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan memahami tindakan sosial secara interferatif agar diperoleh kejelasan mengenai sebab-sebab, proses, dan konsekuensinya. Dengan kata lain, sosiologi  adalah ilmu yang berhubungan dengan pemahaman interperatif mengenai tindakan sosial agar dengan demikianbisa diperoleh penjelasan kausal mengenai arah dan konsekuensi dari tindakan itu.
4.      Defenisi Sosiologi menurut Peter L Berger
Peter L Berger adalah seorang sosiolog berkebangsaan Amerika yang cukup terkenal dewasa ini. Di dalam seosiologi ia dikenal pendukung aliran fenomenalogi. Peter L Berger mengartikan sosiologi sebagai ilmu atau studi ilmiah mengenai hubungan antar individu dan masyrakat. Dalam defenisi Berger ini terkandung pemahaman bahwa individu adalah subyek sedangkan masyrakat adalah obyek. Hubungn antar keduanya sebagai subyek dan obyek saling melengkapi dan menentukan eksistensi satu sama lain.
  1. Sejarah Perkembangan Sosologi
Sejarah pekembangan sosiologi bisa ditelusuri mulai jaman Plato atau Aristoteles yang membandingkan masyrakat dengan organismen biologis masyrakat. Tapi orang yang pertama mengunakan istilah sosiologi adalah Aguste Comte yang hidup pada abad ke-19, seperti telah diuraikan sebelumnya. Karena itu kita bisa membagi perkembangan sosiologi  menjadi tiga yaitu : pemikiran sosiologi sebelum Aguste Comte, sosiologi Comte, dan perkembangan sosiologi sesudah Comte.
1.      Pemikiran Sosiologis Sebelum Aguste Comte ( 1798 – 1853 )
Kenyataan bahwa istilah sosiologi baru muncul pada abad ke-19, ketia Comte menggunakan istilah itu sama sekali tidak berarti bahwa sebelumnya tidak ada pemikiran yang bercorak sosiologis. Pada abad ke-14, jauh sebelum Comte memberikan nama sosiologi kepada ilmu baru tersebut, ada seorang tokoh dunia Arab yang coba memberikan penjelasan yang bercorak sosiologiskepada perubahan sosial pada masyrakat Arab. Dia adalah Ibnu Khaldun. Pokok permasalahan yang mengusik rasa ingin tahu Ibnu Kaldun ialah mengapa Zazirah itu dikuasai oleh suku-suku yang berbeda-beda?
Dia menemukan jawabannya pada pebedaan kebudayaan antara suku-suku nonmaden dan suku-suku sedenter. Menurut Ibnu, kebudayaan halus merupakan produk masyrakat yang sudah menetap dan jauh berkembang. Tetapi majunya peradaban membuat anggota masyrakat itu menginginkan kehidupan yang lebih mewah dan nikmat. Kehidupan yang lebih mewah dan nikmat mengurangi rasa solidaritas antar anggota karena mereka semakin bersifat individualiatis. Ketiadaan solidaritas antar sesama anggota menyebabkan mereka gampang ditaklukkan oleh bangsa nonmaden yang lebih kuat dan keras serta mempunyai solidaritas yang tinggi. Tetapi kemudian para penakluk itu meniru gaya hidup yang mewah dari orang-orang yang ditaklukan itu, sehingga mereka pun kemudian ditaklukan lagi oleh bangsa nonmaden lainya. Siklus itu selalu terjadi terus menerus.
2.      Sosiologi Aguste Comte ( 1798 – 1853 )
Seperti telah dikatakan di awal, bahwa Aguste Comte adalah orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi. Sebagai orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi, ia telah bekerja keras mengembangkan ilmu tersebut. Comte mempunyai pengaruh yang kuat terhadap sosiolog-sosiolog awal khususnya Emile Durkheim dan Harbet Spencer. Bersama Durkheim dan Spencer, comte dikenal sebagai peletak dasar teori fungsionalisme struktural.
Dalam arti tertentu, karya Comte dapat dianggap sebagai reaksi revolusi Prancis yang menciptakan anarki di dalam masyrakat. Guna mengatasi kekacauan yang disebabkan oleh Revolusi Perancis itu, dia mengembangkan sebuah ilmu yang disebut fisika sosial atau sosiologi. Dia menunjukan sosiologi sebagai fisika sosial untuk menunjukan bahwa sosiologi bisa dipakai sebagai fisika yang mempunyai hukum-hukum.

3.      Perkembangan Sosiologi Sesudah Aguste Comte
Sesudah Comte, muncul berbagai pemikir sosial yang memberikan analisa sosiologis terhadap masyrakat. Beberapa di antaranya adalah :
a.       Karl Max ( 1818 – 1883 )
Karl Max adalah seorang warga negara Jerman keturunan Yahudi. Pada tahun 1841, pada usia 23 tahun ia mendapat gelar doktor filsafat dari universitas Berlin. Dua tahun kemudian ia menikah dan kemudian pindah ke Perancis, di mana ada sedikit kebebasan untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya. Di Perancis ia bertemu dengan Frederik Engels yang kemudian menjadi sahabatnya. Engels banyak mendukung usaha-usaha Max. Max banyak menulis buku tetapi yang paling terkenal adalah Manisfeto Communist dan Das Kapital.
Max mengunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun sustu teori baru tentang perubahan. Menurut Max sejarah dari semua masyrakat yang ada hingga saat ini adalah sejarah perjuangan kelas. Orang bebas dabn budak, bangsawan dan rakyat jelata, tauan dan hamba, pemimpin perusahaan dan buruh atau penindas dan yang ditindas. Mereka selau bertentangan satu sama lain. Max sendiri memberi solusi, agar tidak terjadi pertentangan dengan perjuangan teus menerus dari kelas-kelas proletar ( yang dikuasai dan ditindas ) melawan kelas yang berkuasa supaya terjadilah masyrakat tampa kelas.  
b.      Herbet Spencer ( 1820 – 1903 )
Harbet Spencer berasal dari inggris, ia adalah orang pertama yang menulis tentang masyrakat berdasarkan data empiris yang kongkrit dalam bukunya yang berjudul Principels of Sociology. Di dalam bukunya tersebut, Spencer membandingkan masyarakat dengan organisme. Menurut dia, organisme akan menjadi semakin sempurna kalau bertambah kompleks dengan adanya difersensiasi antara bagian-bagian.

c.       Emile Durkheim ( 1855 – 1917 )
Durkheim adalah sosiolog keturunan Yahudi berkebangsaan Perancis. Dia banyak menulis buku sosiologi, seperti : Division of Labor ( 1893 ), The Rules of Sociological Methods ( 1895 ), The Elementary Forms or Religius Life ( 1912 ). Dalam buku pertama Didision of Labor, dia menekankan pentingnya solidaritas aebagai syarat mutlak untukmempertahankan keutuhan masyrakat.
d.      Gerogi Simmel ( 1858 – 1916 )
Simmel adalah seorang sosiolog keturunan Yahudi berkebangsaan Jerman. Smmel melihat bahwa masyrakat itu terbentuk melalui proses interaksi. Dia mengamati bahwa salah satu kenyataan sosial yang dialami oleh kebanyakan orang dalam kehidupan bermasyrakat adalah interaksi tatap-muka. Tetapi Simmel juga mempertegaskan model interaksi itu tidaklah sama. Misalnya, interaksi doseen dengan 100-an mahasiswa di kelas dengan interaksi dua mahasiswa-mahasiswi yang sedang berpacaran. Karena itu dia berusaha memusatkan diri pada interaksi kongkrit yang berbeda-beda itu.
e.       Max Weber ( 1864  - 1920 )
Max Weber adalah sosiolog berkebangsaan Jerman. Ayahnya adalah seorang birokrat dan memegan posisi yang penting dalam pemerintahan. Sedangkan ibunya adalah seorang pemeluk agama protestan yang sangat patuh sehingga perkawinan mereka kadang-kadang mengalami ketegangan. Dari realitas seperti inilah, Weber mendasarkan pemikirnya sosiologisnya pada kenyataan sosial secara mendasr terdiri dari individu-individu dengan tindakan sosial yang mempunyai arti tertentu.
  1. Metode-metode Penelitian Dalam Sosologi
Dalam mengembangkan dirinya sebagai ilmu pengetahuan , sosiologi mengunakan dua metode penelitian,yakni metode penelitian yang bersifat kuantitatif dan metode penelitian yang bersifat kualitatif. Kedua metode penelitian ini tidak lepas dari pemikiran para sosiolog Perancis dan Jerman. Sepeti yang telah diuraikan sebelumnya, para sosiolog Perancia melihat realitas sosial adalah sebuah fakta yang berada di luar individu. Sedangkan para sosiolog Jerman melihat, kenyataan sosial adalah hasil dari interpertasi atau defenisi seorang individu.
    1. Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif bertolak dari asumsi dasar bahwa realitas sosial tidak mempunyai makna di dalam dirinya sendiri, melainkan sangat bergantung kepada interprestasi atau arti yang diberikan oleh seorang individu. Kereta api ekonomi jurusan Yogyakarta- Jakarta, mempunyai arti yang berbeda-beda untuk para penumpang, pencopet, pengamen, dan para penjual makanan dan minuman ringan. Karena itu bagi para pendukung asumsi ini, arti atau makna sangat penting. Tujuan penelitian sosial seturut pendekatan kualitatif adalah memahami arti atu makna yang terdapat di balik sebuah tindakan sosial.
Adapun ciri-ciri dari penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:
·        Riset Kualitatif memiliki setting alamiah sebagai sumber lansung pengumpulan data. Peneliti biasanya memasuki dan menghabiskan banyak waktu dalam kehidupan lingkungan yang ditelitinya.
·        Riset kualitatif biasanya bersifat deskriptif. Data yang dikumpulka lebih berbentuk lukisan-lukisan atau diskripsi dari pada angka-angka.
·        Riset kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil atau produk.
·        Para peneliti kualitatif cenderung menganalisa mereka secara induktif. Mereka tidak mencari data untuk menolak atau membuktikan hipotese.
·        Arti dan makna atau makna sangat penting dalam penelitian kualitatif. Para peneliti kualitatif sangat berminat untuk mengetahui bagaiman orang-orang memberi arti kepada perbuatnnya sendiri.


    1. Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif bertolak dari asumsi bahwa relitas sosial adalah suatu fakta sosial atau fenomena sosial yang berada di luar individu. Tugas seorang peneliti ialah membuat studi tentang fakta atau fenomena sosial tersebut agar bisa dipahami. Langkah –langkah yang ditempuh dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
·        Identifikasi masalah : masalah adalah sesuatu situasi yang membutuhkan penyelesaian atau jawaban. Identifikasi masalah adalah suatu proses di mana peneliti mencari atau menemukan pokok persoalaan yang mau diteliti.
·        Mengadakan studi kepustakaan : sesudah menentukan masalah yang mau diteliti, maka langkah berikutnya adalah si peneliti mencari literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan ditelitinya.
·        Membuat proposal penelitian : sesudah mengumpulkan banyak informasi tentang topik yang diteliti melalui studi kepustakaan, maka langkah berikutnya ialah menyusun sebuah proposal penelitiaan.
·        Pengumpulan data : setelah penyusunan proposal maka si peneliti turun ke lapangan untuk mengumpulkan data.
·        Pengolahan data dan Analisa data : setelah mengumpulkan data, maka langkah berikutnya ialah si peneliti mengolah dan menganalisa data.
·        Menulis laporan : langkah terakhir dari penelitian ilmiah ialah menulis laporan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian itu.



BAB III
PENUTUP
Dari semua  yang telah diuraikan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sosiologi sebagai satu disiplin ilmiah. Sebagai disiplin ilmiah sosiologi memiliki unsur-unsur yang menyebabkan dia bisa disebut suatu disiplin ilmiah. Sebagai studi ilmiah sosiologi bersifat empiris( berdasarkan pengalaman dan pengetahuan ), teoritis, kumulatif dan bebas nilai. Sebagai studi ilmiah, sosiologi juga memiliki obyek tersebdiri yang nampak dalam paradigma-paradigmanya dan metode-metode tersendiri dalam mengembangkan dirinya sebagai disiplin ilmiah.
Memang apa yang kelompok kami coba uraikan dalam tulisan ini jauh dari sempurna. Maka untuk lebuh memperdalam dan memahami sosiologi secara komphrensif tidaklah berlebihan kalau kami mengajak kita membaca dan menganalisa realitas yang ada dalam masyrakat. Karena dengan mencoba menginterpretasikan fenomena sosial yang relevan, kita sebenarnya sudah mengunakan konsep-konsep sosiologi sebagi disiplin ilmu dalam kehidupan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar